Jumat, 10 Juni 2011

Setitik Embun Menggantung di Sudut Matamu

Setitik Embun Menggantung di Sudut Matamu
Khrisna Pabichara

Barangkali yang bisu hanyalah puisi. Yang
kutulis menjelang rindu, dan angin malam
membisikkannya di hatimu.

Aku tak mampu menerjemahkan setitik embun
yang menggantung di sudut matamu. Begitu
rahasia, begitu membakar.

Sungguh, aku tersesat di setapak perasaan
ketika peta menghapus namamu, dan sunyi
makin menjauhkanmu dariku.

Parung, Juni 2011

4 komentar:

  1. Setiap titik embun ada di setiap puisimu, Bung. Saya mengikuti dan merasakan setiap bening embun itu. Kadang menyejukkan tetapi tak jarang mengharukan.

    Tabik.

    BalasHapus
  2. embun sembunyikan rahasia
    rasa dan makna pun tersimpan di sana

    embun selalu muncul di pagi hari
    berebut simpati dengan kokok ayam jemput sang fajar

    embun berkata :"aku adalah air suci-mensucikan"

    *salam 'abah zoer'

    BalasHapus
  3. Indrawisudha: Terima kasih berkenan singgah di blog saya, dan membaca puisi ini. Salam takzim.

    BalasHapus
  4. Ifan Musyarief: Terima kasih embunnya, Abah. Salam takzim selalu.

    BalasHapus