Setitik Embun Menggantung di Sudut Matamu
Khrisna Pabichara
Barangkali yang bisu hanyalah puisi. Yang
kutulis menjelang rindu, dan angin malam
membisikkannya di hatimu.
Aku tak mampu menerjemahkan setitik embun
yang menggantung di sudut matamu. Begitu
rahasia, begitu membakar.
Sungguh, aku tersesat di setapak perasaan
ketika peta menghapus namamu, dan sunyi
makin menjauhkanmu dariku.
Parung, Juni 2011
Setiap titik embun ada di setiap puisimu, Bung. Saya mengikuti dan merasakan setiap bening embun itu. Kadang menyejukkan tetapi tak jarang mengharukan.
BalasHapusTabik.
embun sembunyikan rahasia
BalasHapusrasa dan makna pun tersimpan di sana
embun selalu muncul di pagi hari
berebut simpati dengan kokok ayam jemput sang fajar
embun berkata :"aku adalah air suci-mensucikan"
*salam 'abah zoer'
Indrawisudha: Terima kasih berkenan singgah di blog saya, dan membaca puisi ini. Salam takzim.
BalasHapusIfan Musyarief: Terima kasih embunnya, Abah. Salam takzim selalu.
BalasHapus