Puisi Pencatat Rindu
Khrisna Pabichara
1.
Dari urat-urat pagi menetes kesunyian, mungkin
terus terjadi selama waktu tak berhingga, dan
kesunyian menelusup melesapkan rinduku.
2.
Ketahuilah, aku takkan mengabarkan rinduku,
karena aku khawatir angin akan mengaburkannya
dan kamu tak pernah sempat merasa kurindui.
3.
Akulah yang senantiasa menyediakan segalanya
untukmu, meskipun kamu belum juga menjanjikan
apa pun untukku. Karena rindu, Kekasih, rindu.
4.
Karena kamu adalah hulu, maka akulah hilir
yang selalu bermula darimu. Betapa pun jauh
rinduku mengalir, hujan akan pertemukan kita.
5.
Aku berjalan menyigi setiap demi setiap waktu,
rayakan kesejatian dan keabadian merindu:
kelak kamu namai segala.
6.
Rinduku taklah menyiksa hati, Kekasih,
ia semacam pejalan jauh yang selalu temukan
perhentian: memeluk sejuk, menanak sajak.
7.
Kamu adalah ketika rindu meniscaya, dan aku
dijebak keterasingan. Apakah ini duka atau suka?
Biarlah, semesta kelak jadi Sang Penyaksi.
8.
Tahukah kamu, Kekasih, mengapa setiap pagi
aku mematung di pematang lengang? Matamu,
Kekasih, seolah matahari penghangat rinduku.
9.
Bila kamu berniat pergi, pergilah. Hatimu sudah
berurat-akar di tubuhku, sementara di tubuhmu
sebenarnya adalah hatiku: yang melulu rindu.
10.
Rindu adalah kamu. Benar-benar kamu!
Parung, Juni 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar