Selasa, 14 Juli 2009

[ARTIKEL]: Mendongkrak Kinerja Otak Bag. 2

MENAKAR VISI BELAJAR
Oleh: Khrisna Pabichara


BELAJAR itu berpikir. Mengapa? Karena setiap orang yang belajar pasti berpikir. Padahal, menyitir pendapat Henry Ford, berpikir itu pekerjaan yang paling berat, mungkin itulah sebabnya hanya sedikit orang yang menyenanginya. Akan tetapi, tidak mengapa, selama di antara orang yang sedikit itu terdapat kita: Anda dan Saya. Artinya, kita termasuk yang senang berpikir. Dan, senang belajar.

Ada dua kekayaan besar dalam diri Anda. Apabila keduanya digunakan dengan tepat secara maksimal, akan “mengejutkan” Anda. Bahkan, boleh jadi, Anda tidak menduga bisa melakukannya. Kedua kekayaan itu adalah otak dan hati. Pertanyaan pertama yang perlu kita ajukan: Bagaimana mendayagunakan (empowerment) kedua kekayaan kita itu? Jawabannya sederhana, paksa dan cinta. Paksa otak Anda untuk terus berpikir dengan cara yang menyenangkan. Dan, tanamkan cinta pengetahuan di hati Anda. Itulah rahasianya: paksa dan cinta.

Jangan harap Anda bisa disiplin tanpa keberanian memaksa diri Anda untuk mematuhi jadwal atau rencana belajar yang sudah Anda tetapkan. Jangan bermimpi Anda dapat menguasai pelajaran tertentu, bahkan semua mata pelajaran, jika Anda tidak mencintai pelajaran itu.


Tanamkan Rasa Percaya Diri

APAKAH Anda pernah membayangkan diri Anda berdiri di atas panggung, mengikuti acara pengalungan medali, karena Anda saat itu menjadi salah satu pemenang Olimpiade Matematika? Pernahkah Anda berharap nilai-nilai Ujian Nasional Anda sangat baik dan “mencengangkan”, sehingga Anda diterima di Perguruan Tinggi idaman? Apakah Anda berharap mendapat “kejutan” berupa hadiah dambaan dari orangtua Anda, karena prestasi Anda yang “luar biasa” di sekolah?

Dengan dua rahasia besar di atas, paksa dan cinta, Anda bisa menggali potensi kekayaan Anda —otak dan hati— untuk mewujudkan impian-impian di atas. Jangan mengerdilkan “diri” Anda dengan kalimat-kalimat negatif, seperti “Ah, saya ini anak petani, tidak mungkin jago biologi.” Itu salah besar. Justru karena Anda anak petani, yang setiap hari bergelut di dunia hayati, Anda memiliki peluang lebih besar menjadi ahli biologi. Mengapa? Anda bisa melakukan banyak hal, seperti praktek pencangkokan tanaman, pembuatan kompos, uji-coba pakan ternak, dan praktek-praktek lain yang dapat melapangkan jalan Anda.

Ingat, selalu terbuka beragam peluang yang dapat memudahkan Anda meraih apapun yang Anda inginkan.

Mulai sekarang, singkirkan semua pikiran-pikiran negatif yang menghambat laju prestasi Anda. Jangan terpengaruh pada cibiran atau cemoohan orang-orang di sekitar Anda. Thomas Alva Edison dicap “idiot” oleh teman-teman sekolah dan guru-gurunya, bahkan dikeluarkan dari sekolahnya. Apakah Edison putus asa? Tidak! Ia tetap percaya diri. Lalu, ia giat belajar dan melakukan banyak percobaan. Berat memang, tapi akibat yang diterimanya pun “luar biasa”. Edison berhasil memegang 1.093 hak paten sebagai “buah” dari keyakinan hatinya itu.

Anda memiliki “segala syarat” yang dibutuhkan untuk menjadi pembelajar cemerlang. Anda memiliki “semua kapasitas” untuk menjadi Sang Juara. Sekarang, semuanya bergantung pada “bagaimana” Anda melihat diri sendiri, “bagaimana” Anda memperlakukan diri sendiri, dan “bagaimana” memanfatkan talenta “bawaan lahir” yang Anda miliki. Inti dari semuanya adalah “percaya diri”. Ya. Anda harus percaya pada diri dan kemampuan Anda. Jika Anda sendiri tidak percaya, bagaimana orang lain mau memercayai kemampuan Anda?

Jadi, setelah paksa dan cinta, Anda harus percaya diri.


Tentukan Visi Belajar


SETIAP nakhoda pasti punya pelabuhan sebagai tujuan singgahnya. Setiap pilot pasti memiliki bandar udara sebagai target yang ditujunya. Anda pun sama. Jika ingin sukses Anda harus punya rencana, target, dan tujuan belajar. Itulah yang dinamakan “visi belajar”. Tanpa visi, Anda akan kehilangan motivasi. Bahkan, gairah.

Untuk apa Anda harus memiliki visi belajar? Ketika Anda berniat membangun rumah, Anda tentu harus lebih dahulu merencanakan “bagaimana” rancangan rumah itu, “apa saja” dan “berapa jumlah” bahan bangunan yang dibutuhkan, “siapa tukang” yang akan mengerjakannya, serta “berapa” dan “dari mana” biaya pengerjaannya. Itu baru rencana. Anda tidak mungkin tiba-tiba (ujug-ujug) punya rumah, laksana dalam dongeng Sangkuriang atau Hikayat Nabi Sulaiman. Anda harus punya rencana. Anda harus melakukan perencanaan.

Begitu pula halnya dalam proses belajar. Anda harus menyusun rencana tentang (1) tujuan yang hendak dicapai, (2) strategi belajar yang akan Anda gunakan untuk mencapai tujuan itu, dan (3) sarana apa yang Anda butuhkan untuk mewujudkan rencana dan mencapai tujuan itu.

Baiklah. Mari kita lakukan dengan lebih mudah, lebih sederhana. Sebut saja, tujuan yang hendak kita capai satu tahun ke depan adalah “naik kelas dengan angka tinggi dan meraih rangking kelas tertinggi”. Rencana itu akan jadi “tantangan” bagi Anda. Lalu, tanya diri Anda dengan kata, “Mengapa saya mau naik kelas dengan angka tinggi dan meraih rangking kelas tertinggi?”

Langkah Pertama: Mengapa saya mau naik kelas dengan angka tinggi dan meraih rangking kelas tertinggi? “Karena saya tidak mau prestasi belajar saja saya sama seperti tahun-tahun sebelumnya.”

Langkah Kedua
: Mengapa saya tidak mau prestasi belajar saya sama seperti tahun-tahun sebelumnya? “Karena prestasi belajar saya tidak maksimal, biasa-biasa saja, bahkan sering mengecewakan, baik bagi saya maupun orangtua saya.”

Langkah Ketiga
: Mengapa saya ingin meraih prestasi belajar yang maksimal? “Karena prestasi belajar maksimal dapat membuka peluang bagi saya untuk meraih kebanggaan diri, bahkan beasiswa.”
Sekarang kita ganti kata “mengapa” menjadi seperti di bawah ini:

“Dengan cara apa saya bisa naik kelas dengan angka tertinggi?”
“Dengan cara apa saya bisa meningkatkan prestasi belajar saya?”
“Dengan cara apa saya bisa meraih prestasi belajar maksimal?”

Untuk menciutkan tantangan dan memastikan kekuatan, tanyakan juga “siapa”, “apa”, “di mana”, “kapan”, “mengapa”, dan “bagaimana”.

Siapa yang dapat membantu Anda agar bisa belajar lebih maksimal? Dengan kata siapa, Anda bisa mencari teman belajar yang potensial, menemukan hal asyik dan menyenangkan dari semua mata pelajaran karena tahu karakter guru, dan tentu saja meyakinkan orangtua bahwa Anda adalah seorang anak yang “layak” dibanggakan.

Apa yang dapat menghambat Anda dalam proses belajar? Melalui pertanyaan apa, Anda dapat mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang akan atau bisa menghadang Anda.

Di mana Anda bisa belajar dengan tenang, penuh konsentrasi, dan fokus? Lewat kata di mana, Anda bisa menentukan tempat belajar, suasana belajar, bahkan cara belajar yang cocok dengan karakter dan kepribadian Anda.

Kapan prestasi itu bisa terwujud? Melalui pertanyaan kapan, Anda menentukan jadwal, tanggal, bahkan kronologis masalah.

Bagaimana saya melakukannya? Dengan kata bagaimana, Anda bisa mengamati perkembangan yang dialami, memetakan masalah dan menentukan langkah atau solusi yang akan dilakukan.

Begitulah. Jika Anda melakukan hal di atas dengan tepat, Anda sudah memulai sebuah langkah besar, menjadi “Sang Juara”. Memang, tidak semua pelajar, pada akhirnya, bisa menjadi juara. Namun, Anda bisa bersaing untuk menuju singgasana itu. Yakinlah.

Dengan demikian, sudah tiga rahasia yang Anda dapatkan, (1) paksa dan cinta, (2) percaya diri, dan (3) visi belajar.

Semoga ketiga rahasia ini, dapat memicu adrenalin dan gairah Anda untuk berbuat yang “lebih” dari yang Anda “duga”.

Parung, Juli 2009

Catatan: Tulisan ini disampaikan pada pelatihan “Learning Revolution” di SMA Negeri 1 Rumpin Kabupaten Bogor, dalam rangka “Masa Orientasi Siswa”, Selasa, 14 Juli 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar