Selasa, 22 Juni 2010

MARADONA MENARI, TUHAN MEMBERI!

Judul buku: 100+ Fakta Unik Piala Dunia
Penulis: 
Asep Ginanjar & Agung Harsya
Penyunting: 
Anton Kurnia
Penerbit: 
Serambi
Cetakan I, 
Januari 2010 236 hal.





MARADONA MENARI, TUHAN MEMBERI!
Khrisna Pabichara



Kisah gol "Tangan Tuhan" tak lekang diceritakan. Bahkan telah melegenda. Maradona menjadi aktor utama terjadinya kisah unik itu. Pertarungan antara Inggris melawan Argentina pada Piala Dunia 1986 di Meksiko itu telah menyuguhkan drama tak berkesudahan. Baiklah! Kita coba memutar kembali ingatan ketika peristiwa unik itu terjadi. Ketika itu, babak pertama berlangsung sengit tapi tak membuahkan gol. Skor kacamata, 0-0. Tetapi, enam menit setelah jeda, drama itu terjadi. Lewat tarian khasnya, Maradona bertukar umpan dengan Jorge Valdano. Sayangnya, umpan Valdano tidak sempurna karena membentur kaki Steve Hodge. Bola melambung ke tengah kotak pinalti dan Peter Shilton--kiper Inggris ketika itu--segera menyongsongnya. Dengan tinggi badan yang kalah jauh dari Shilton, Maradona tak kehilangan akal. Tangan kirinya menjulur ke udara mendahului tangan Shilton. Alhasil, kena! Bola sempurna bersarang di gawang Inggris. Uniknya, Ai Ben Nasser, wasit asal Tunisia yang memimpin pertandingan itu tak melihat aksi tangan Maradona. Ia pun mengesahkan gol, dan Maradona pun mengajak rekan-rekan setimnya untuk merayakan gol spektakuler itu.

Apakah drama itu bersudah di sana? Tidak! Tiga menit sesudahnya, Maradona menampilkan sisi uniknya sebagai pebola andal. Dari wilayah permainan sendiri ia menggiring bola melewati Glenn Hoddle dan Peter Reid. Kenny Sansom dan Terry Butcher juga tak mampu mengadang laju Maradona. Bahkan, Terry Fenwick terkecoh begitu mudah sehingga Maradona leluasa menggiring bola ke dalam kotak penalti. Benteng terakhir Inggris, Shilton, berusaha menutup ruang gerak Maradona. Ajaibnya, hanya dengan sepakan klasik yang sederhana, Maradona sukses menceploskan bola ke gawang yang sudah melompong. Begitulah. Setelah mencetak gol lewat "sentuhan" tangannya, Maradona melahirkan gol yang kelak digelari gol terbaik sepanjang masa. Tahun itu pun jadi milik Maradona. Ia aktor uatama--jika tidak disebut tunggal--yang mempersembahkan gelar Juara Dunia bagi Argentina.

Sungguh, kisah "Tangan Tuhan" itu hanyalah penggalan kecil dari keunikan Piala Dunia. Buku100+ Fakta Unik Piala Dunia hasil kolaborasi cantik dua maniak bola, Asep Ginanjar danAgung Harsya, menghadirkan rupa-rupa keunikan Piala Dunia yang mungkin terlupakan. 


Tandukan dan Joget Perut yang Menghebohkan

Masih ingat tandukan Zinedine Zidane (Prancis) ke dada Marco Materazzi (Italia) pada Piala Dunia 2006? Ini juga cerita menarik yang ditorehkan selama Piala Dunia yang berlangsung di Jerman itu. Setelah sukses menyelesaikan tugasnya sebagai algojo penalti, Zidane menghadirkan cerita yang tak kalah menariknya. Kepalanya bersarang di dada Materazzi--yang seperti pemain Italia lainnya, ia juga jago akting. Wasit Horacio Elizondo asal Argentina pun menghadiahi Zidane dengan kartu yang paling dibenci pemain bola: Kartu Merah. 

Apa yang terjadi setelahnya? Tak seperti pemain lain ketika dihukum kartu Merah, Zidane langsung ngeloyor ke luar lapangan dan dengan gontai melewati trofi Piala Dunia yang dipajang di pinggir lapangan. Sirna sudah mimpi Prancis untuk menjuarai Piala Dunia untuk kedua kalinya. Tahukah Anda asal-muasal pemicu tandukan sesangar banteng itu terjadi? Hingga saat ini, tak ada jawaban pasti. Seusai turnamen, Zidane menuding Materazzi menghina ibu dan saudara perempuannya. Sedangkan Materazzi bersikukuh membela diri. Begitulah. Drama terjadi lagi.

Oh ya, ada juga kisah menarik tentang goyang perut di sisi lapangan. Jangan mengira Inul Daratista pelakunya. Bukan! Ini juga bukan aksi David Beckam yang banyak digandrungi kaum Hawa. Pelaku goyang perut itu seorang lelaki berusia 38 tahun, Roger Milla. Pada mulanya, Milla sudah menyatakan pensiun dari timnas Kamerun. Tetapi, telepon Presiden Kamerun, Paul Biye, yang meminta kesediaannya untuk kembali membela Kamerun, telah meluluhkan hatinya. Lalu, muncullah goyang perut itu sebagai bentuk selebrasi setelah mencetak gol. Pada saat Kamerun mengalahkan juara bertahan Argentina di laga pembuka, Milla merayakan golnya dengan khas. Begitu pun ketika ia memboyong dua gol ke gawang Rumania di pertandingan kedua, dan dua gol ke gawang Kolombia di babak 16 besar. 

Sejak itu, selebrasi gol mulai cair. Tak lagi kaku, tak lagi membosankan. 


Tim Kurcaci Paling Berwarna

Pernahkah Anda membayangkan Indonesia jadi juara dunia? Mungkin--seperti kebanyakan penduduk Indonesia--itu adalah hal musykil yang betapa sulit terjadi. Betapa tidak, jangankan juara dunia, lolos ke putaran final Piala Dunia saja susahnya minta ampun. Tetapi, jangan salah terka. Pada Piala Dunia 1938, Hindia Belanda--yang pemainnya berasal dari Nusantara--ikut bertanding dan disemati gelar "Tim Kurcaci". Ya, sejarah mencatat, Hindia Belanda adalah tim Asia pertama yang meramaikan Piala Dunia. Namun karena kalah teknik dan fisik, pertandingan pertama melawan Hungaria berlangsung timpang. Skor 6-0 untuk kemenangan Hongaria. 

Saat itu, tim Hindia Belanda memakai segala berbau Belanda. Kaus tim berwarna oranye, dan lagu kebangsaan yang dinyanyikan adalah Het Wilhelmus, lagu kebangsaan Belanda. Perbedaan fisik menjadi ihwal paling menyolok saat itu. Walikota Reims menyatakan, "Saya seperti melihat 22 atlet Hongaria dikerubungi 11 kurcaci." Selain kalah fisik, kulit paling berwarna juga jadi milik Hindia Belanda. Tim itu terdiri dari dua pemain asal Sumatra, dua orang Ambon, seorang Jawa, empat orang etnis Tionghoa, dan sisanya berdarah Belanda.

Jadi, kapan lagi kita bisa berlaga di Piala Dunia dengan kostum dan lagu kebangsaan sendiri: Indonesia?


Segala yang Unik di Piala Dunia

Tahukah Anda pemain yang bermain di dua Piala Dunia dan bermain untu dua negara berbeda? Buku setebal 236 halaman ini menyuguhkan jawabannya. 

Adalah Luis Monti pelakonnya. Piala Dunia 1930 sejatinya adalah pertarungan dua jawara dunia, Uruguay dan Argentina. Luis Monti, sang kapten Argentina, dihantui ancaman pembunuhan. Tetapi ia tetap bermain dengan elegan. Yang lebih unik, final itu menggunakan dua bola. Babak pertama menggunakan bola buatan Argentina, dan babak kedua bola produksi Uruguay. Babak pertama Argentina unggul 2-1--dengan menggunakan bola sendiri, babak kedua Uruguay menang 3-0--juga dengan bola sendiri. Karena itu, final 1930 juga dikenal dengan the game of two balls. Nah, kembali ke Luis Monti. Setelah membela Argentina pada Piala Dunia 1930, Monti membela Italia pada Piala Dunia 1934. Uniknya, jika di Uruguay keluarganya diancam akan dibunuh kalau Argentina menang, maka pada Piala Dunia 1934 Monti mendapat ancaman dari Benito Mussolini apabila mengalami kekalahan. 

Kisah unik lainnya adalah selebrasi porno a la Giuseppe Meazza. Riwayat mencatat, ketika partai semifinal Piala Dunia 1938, Meazza bermain sangat memikat. Alhasil, kakinya menjadi incaran bek lawan. Ketika Italia mendapat hadiah penalti, Meazza pun bersiap mengemban amanat. Anehnya, tiba-tiba saja celananya melorot dan terpampanglah "sesuatu" yang membuat sebagian penonton tertawa geli. Namun, Meazza tak peduli. Tangan kiri memegang celana, tangan kanan meletakkan bola di titik penalti. Lalu, sembari tangan kiri tetap memegang celana, ia menyepak bola. Kiper Brasil, Walter de Souza Goulart, tak mampu menahan geli. Alhasil, bola meluncur deras ke gawangnya. Tentu saja Meazza kegirangan dan mengacungkan kedua tangannya ke udara untuk merayakan kegembiraan. Kontan saja celananya melorot, dan pemain lain mengerubunginya guna menutupi auratnya. Inilah selebrasi paling unik: Pemain setim mengerumuni pencipta gol, bukan untuk tindih-tindihan atau menari bersama, tapi untuk menunggu sampai celana baru tiba.

Masih banyak kejadian lain yang layak Anda ketahui dari buku ini. Semuanya disajikan dengan bahasa lugas yang mudah dicerna. 


2010: Tahun Messi?

Oke. Sekarang kita tengok Piala Dunia paling mutakhir. Siapakah yang bakal jadi juara? Sebagai pendukung fanatik, saya pilih Argentina. Tunggu, jangan menduga saya asal pilih. Tidak! Argentina dihuni talenta mumpuni. Tiga starter di lini depan adalah striker maut di liga tempat mereka berkiprah. Sebutlah Messi, Tevez, dan Higuain. Jangan abaikan kehadiran Milito yang baru saja mencetak 2 gol ke gawan Bayern Muenchen di final Liga Champions Eropa 2010. Pun menantu Maradona, Kun Aguero, yang punya kecepatan dan kemampuan penuh pukau. Di tengah, mereka punya Angel Di Maria, Javier Mascherano, dan Maxi Rodriguez. Jangan lupa sihir pemain gaek, Juan Sebastian Peron. Di belakang? Wah, saya suka gaya Samuel. Belum lagi pelatih paling heboh yang memiliki kaul aneh kalau jadi juara, Maradona. 

Yang pasti, sihir Messi punya daya pikat sendiri. Tiga kali percobaan gol ke gawang Nigeria, dan empat kreasi bola yang membuahkan gol ke gawang Korea Selatan. Betapa pun, Messi pewaris keunikan sang mentornya. Ia mencetak gol ke gawang Getafe di Copa del Rey 2007 dengan mendribel bola dari tengah, mirip dengan gol Maradona ke gawang Inggris di Piala Dunia 1986. Ia juga mencetak gol “Tangan Tuhan” ke gawang Espanyol, layaknya gol Maradona yang kontroversi ke gawang Peter Shilton. Sisanya, ia sedang merintis jalan menuju Juara Dunia, seperti yang dilakukan Maradona pada 1986.

Apa yang unik dari Piala Dunia 2010? Bagi saya, tumbangnya tim-tim unggulan pada pertandingan pertama dan kedua adalah sesuatu yang unik. Siapa lagi yang bakal tumbang? Siapa yang akan pulang lebih cepat? Siapa yang akan jadi juara?

Semoga: Argentina! (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar